Peribahasa merupakan
gambaran dari nilai-nilai kebudayaan, yang bisa kita temui kemiripan makna,
meskipun dengan ungkapan yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
faktor kebudayaan. Hal ini merupakan bukti dari teori relativitas bahasa, bahwa
makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa
tertentu. Berikut ini, adalah beberapa amtsâl (peribahasa Arab) yang memiliki kesamaan makna dengan
peribahasa Indonesia:
قبل الرماء تملأ
الكنائن
(sebelum memanah, isi dulu tempat anak panah).
Hal ini sama dengan ungkapan
bahasa Indonesia yang berbunyi: "Sedia payung sebelum hujan".
Meskipun terdapat perbedaan lafadz dan kata-kata dalam kedua peribahasa
tersebut, namun, keduanya mengandung persamaan maksud, yaitu: "siapkan
segala sesuatu sebelum beraktivitas". Orang Arab menggunakan kata tempat
anak panah dan memanah, karena dipengaruhi oleh budaya mereka yang memiliki
tradisi berperang pada zaman dahulu dengan menggunakan alat tersebut. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia digunakan kata hukan dan payung. Karena di Indonesia
sering hujan.
إذا دخلت قرية فاحلف بإلاهها
(jika kamu memasuki suatu kampung, maka bersumpahlah atas nama Tuhannya)
Maksud dari amtsâl tersebut adalah Sebagian
manusia lebih mengutamakan mencari muka pada orang lain dan menyetujui apa yang mereka perbuat meskipun mereka tidak
yakin akan kebenarannya, karena mereka
mengetahui bahwa menentang adat tersebut akan membinasakan dan menyusahkan diri
mereka sendiri. Dengan kata lain, seseorang hendaknya
menyetujui dan mengikuti (adat yang berlaku) selama ia belum mampu mengubah
hal-hal yang tidak ia setujui.
Masal tersebut
memiliki persamaan dengan peribahasa Indonesia yang memiliki kandungan makna
yang sama, meskipun diucapkan dengan lafaz yang berbeda
yaitu: Lain ladang lain belalang, lain lubuk
lain ikannya. Dan
Hidup di kandung adat, mati di kandung tanah, yaitu segala sesuatu
harus kita kerjakan sesuai
dengan adat istiadat yang berlaku.
لكل صارم نبوة ولكل جواد كبوة ولكل عالم
هفوة
(tiap pedang yang tajam bisa
meleset, tiap kuda bisa tergelincir dan tiap yang berilmu bisa salah)
Masal ini
mengandung makna bahwa sepintar-pintarnya seseorang ia pasti pernah melakukan kesalahan atau kekhilafan. Dalam bahasa
Indonesia terdapat salah satu peribahasa yang
memiliki persamaan makna dengan masal ini yaitu sepandai-pandai
tupai melompat, jatuh juga". Dengan demikian masal tersebut
dilontarkan pada seseorang yang mengalami
keadaan seperti ini.
ترى الفتيان كالنخل وما يدريك ما الدخل
(Engkau melihat para pemuda seperti pohon kurma, dan apakah yang engkau
ketahui di dalamnya?)
peribahasa
ini diucapkan ketika kita tertipu oleh penglihatan dan pandangan yang menipu, karena di sekitar kita akan kita temukan
pemandangan yang mengelabui dan hanya sebagai fatamorgana. Dan peribahasa Indonesia yang memiliki makna yang sama adalah: "Dalam
laut boleh diduga, dalam hati siapa yang tahu"
إنه لأشبه به من
التمرة بالتمرة
(Sesungguhnya ia benar-benar lebih menyerupainya dari pada buah kurma
serupa dengan buah kurma)
Peribahasa ini menyerupakan dua hal atau benda yang
sangat serupa atau mirip. Adapun dalam bahasa Indonesia kita mengenal sebuah
peribahasa yang memiliki persamaan makna dengan masal tersebut yaitu
"bagaikan pinang di belah dua"
غيري يأكل الدجاج وأنا أقح في
السياج
maksud
dari amtsâl tersebut adalah berusaha sekuat tenaga, namun orang lain yang
menikmati hasilnya. Hal ini sesuai dengan peribahasa Indonesia, "Mengairi
sawah orang lain".
بلغ
الحزام الطبيين
Makna
peribahasa tersebut adalah kesusahan seseorang yang sudah mencapai puncaknya.
Peribahasa Indonesia "bagai makan kerawat atau tali".
التمرة
والجمرة
Peribahasa
tersebut berarti "Kurma dan bara api". Maksud dari peribahasa Arab
tersebut adalah memilih menuntaskan persoalaan dengan cara perdamaian . Dan makna
ini sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Habis beralur maka
beralu-alu"
ثاطة
مدت بماء
Arti
peribahasa tersebut adalah Lumpur bacin dibantu air. Dan maknanya adalah
kejahatan diberi jalan oleh kejahatan. Dan makna tersebut sesuai dengan makna
peribahasa Indonesia yang berbunyi "Adakah Buaya menolak bangkai"
الجحش
لما فاتك الأعيار
Artinya
anak keledai saja kalau sudah kehilangan keledai. Maknanya sama dengan
peribahasa Indonesia yang berbunyi "Tak ada Rotan akarpun jadi"makna
keduanya adalah mencari pengganti dari sesuatu yang tidak ada.
إن
الحديد بالحديد يفلح
Artinya
besi hanya dapat diputus dengan besi pula. Maknanya melawan orang harus
sebanding kekuatannya. Maknya sama dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi
"Anjing Galak, Babi berani"
من
حفر حفرة وقع فيها
Maknanya
adalah perbuatan jahat pasti akan mengenai dirinya sendiri. Dan makna terebut
sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Senjata makan tuan"
الخروف
يتقلب على الصوف
Maknanya
adalah orang yang serba kecukupan, maknanya sesuai dengan peribahasa Indonesia
yaitu "Tampuk Masih bergetah"
هل
يرتجي مطر بغير سحاب
Maknanya
adalah seseorang yang sangat sulit diharapkan bantuannya. Dan makna ini
terdapat dalam peribahasa Indonesia yang berbunyi "Menengadah ke Langit
hijau"
من الشوكة
تخرج الوردة
Maknanya
adalah kebahagiaan yang tidak akan mudah didapatkan karena harus melewati
usaha-usaha sulit dan menyusahkan. Sesuai dengan peribahasa Indonesia yang
berbunyi "Bersakit-sakit dahulu, berenang-renang kemudian"
http://fatwa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem